10 Renungan Bagi Yang Ditimpa Ujian/Musibah
-------------------------------------------------------------
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,sahabat fillah yang di
rahmati Allah,mungkin kita selama ini selalu beranggapan hidup tak
pernah bahagia dan selalu aja tertimpa musibah....masalah demi masalah
selalu datang menghampiri bahkan bagi yang tak kuat iman selalu
mengumpat dan berprasangka buruk pada Allah....Astaghfirullah....
Sahabat fillah ujian menyerang siapa saja tidak pandang bulu.
Sebagaimana orang miskin diuji…orang kayapun demikian. Sebagaimana
rakyat jelata hidup di atas ujian…para penguasa juga diuji. Bahkan bisa
jadi ujian yang dirasakan oleh para penguasa dan orang-orang kaya lebih
berat daripada ujian yang dirasakan oleh orang-orang miskin dan rakyat
jelata.
Jangan disangka hanya si miskin yang menangis akibat
ujian yang ia hadapi…, atau hanya si miskin yang merasakan
ketakutan…bahkan seorang penguasa bisa jadi lebih banyak tangisannya dan
lebih parah ketakutan yang menghantuinya daripada si miskin. Intinya
setiap yang bernyawa pasti diuji sebelum maut menjemputnya…siapapun juga
orangnya. Entah diuji dengan kesulitan atau diuji dengan kelapangan,
kemudian ia akan dikembalikan kepada Allah untuk dimintai pertanggung
jawaban bagaimana sikap dia dalam menghadapi ujian tersebut. Allah
berfirman :
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).
dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan" (QS Al-Anbiyaa' : 35)
Memang dunia ini adalah medan ujian…kehidupan ini ada medan perjuangan…Allah berfirman ;
تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
(١) الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ
أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
"Maha suci Allah
yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa
di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun" (QS Al-Mulk : 1-2)
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى
الْمَاءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا
"Dan Dia-lah
yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah
singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di
antara kamu yang lebih baik amalnya" (QS Huud : 7)
Jikalau
orang kafir juga tidak selamat dari ujian kehidupan, maka apatah lagi
seorang yang beriman kepada Allah?, pasti akan menghadapi ujian. Allah
berfirman :
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?" (QS Al-'Ankabuut :
2)
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ
وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ
الصَّابِرِينَ
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu,
dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar" (QS Al-Baqoroh : 155)
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا
الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ
مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ
الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ
نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan
masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya
orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga
berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah
datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah
itu Amat dekat" (QS Al-Baqoroh : 214)
Bahkan semakin tinggi
iman seseorang maka semakin banyak ujian yang akan ia hadapi. Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
أَشَدُّ النَّاسِ
بَلاَءً الأَنْبِيَاءُ ، ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ ، يُبْتَلَى
الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ ، فَإِنْ كَانَ دِيْنُهُ صَلْبًا اشْتَدَّ
بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِيْ دِيْنِهِ رِقَّةٌ اُبْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ
دِيْنِهِ، فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ
يَمْشِي عَلَى الْأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ
"Orang yang
paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian yang paling sholeh dan
seterusnya. Seseorang diuji berdasarkan agamanya, jika agamanya kuat
maka semakin keras ujiannya, dan jika agamanya lemah maka ia diuji
berdasarkan agamanya. Dan ujian senantiasa menimpa seorang hamba hingga
meninggalkan sang hamba berjalan di atas bumi tanpa ada sebuah dosapun"
(Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no 143)
Jika anda
terkadang merasakan ujian yang terus menimpa anda maka itulah yang
pernah dirasakan oleh seorang Imam besar sekelas Imam Syafii. Al-Imam
Asy-Syafii rahimahullah berkata :
مِحَنُ الزَّمَانِ كَثِيْرةٌ لاَ تَنْقَضِي ... وَسُرُوْرُهَا يَأْتِيْكَ كَالْأَعْيَادِ
Cobaan zaman banyak tidak habis-habisnya….
Dan kegembiraan zaman mendatangimu (sesekali) seperti sesekalinya hari raya
Bahkan terkadang ujian datang bertubi-tubi dan bertumpuk-tumpuk. Imam Syafi'i rahimahullah juga berkata :
تَأْتِي الْمَكَارِهُ حِيْنَ تَأْتِي جُمْلَةً ... وَأَرَى السُّرُوْرَ يَجِيْءُ فِي الْفَلَتَاتِ
"Hal-hal yang dibenci tatkala datang bertumpuk-tumpuk…
Dan aku melihat kegembiraan datang sesekali"
Berikut ini 10 perkara yang hendaknya direnungkan oleh anda jika anda ditimpa musibah atau ujian :
--------------------------------------------------------------
Pertama : Yakinlah bahwa selain andapun juga diuji. Ada yang diuji
dengan kemiskinan…, ada yang diuji dengan harta, jabatan, dan
kekuasaan…ada yang diuji dengan istri yang berakhlak buruk…, ada wanita
yang diuji dengan suami bejat…, ada wanita yang diuji dengan mertua
jahat…, ada yang diuji dengan ibunya…, dan terlalu banyak model ujian
yang menimpa manusia. Maka anda sebagaimana manusia-manusia yang lain
yang juga ditimpa musibah/ujian yang beraneka ragam
Kedua :
Sabarlah dengan ujian yang sedang anda hadapi…, Alhamdulillah anda
masih bisa memikulnya. Bisa jadi jika anda diuji dengan ujian yang lain
maka anda tidak akan mampu menghadapinya. Yakinlah bahwa tidaklah Allah
menguji kecuali dengan ujian yang mampu dihadapi oleh seorang hamba
Ketiga : Terkadang syaitan membisikkan kepada anda bahwa ujian yang
anda hadapi sangatlah berat dan tidak mungkin untuk anda pikul…maka
ingatlah bahwa saat ini masih terlalu banyak orang yang diuji dengan
ujian yang jauh lebih berat dengan ujian yang sedang anda hadapi
Keempat : Bukankah ujian jika dihadapi dengan kesabaran maka akan menghapus dosa-dosa dan meninggikan derajat??
Kelima : Bahkan bisa jadi Allah menghendaki anda untuk meraih sebuah
tempat yang tinggi di surga yang tidak mungkin anda peroleh dengan hanya
sekedar amalan-amalan sholeh anda. Amalan sholeh anda tidak cukup untuk
menaikan anda ke tempat tinggi tersebut. Anda tidak akan mampu untuk
sampai ke tempat tinggi tersebut kecuali dengan menjalani ujian-ujian
yang tidak henti-hentinya untuk mengangkat derajat anda
Keenam : Ingatlah… dengan ujian terkadang kita baru sadar bahwasanya
kita ini sangatlah lemah dan selalu butuh kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Terkadang kita baru mengenal yang namanya khusyu' dalam sholat…kita baru
bisa merasakan kerendahan yang disertai deraian air mata…kita baru bisa
merasakan nikmatnya ibadah…tatkala ujian datang…tatkala musibah
menerpa.
Ketujuh : Ingatlah…dengan ujian atau musibah yang
menimpa kita terkadang menghilangkan sifat ujub pada diri kita. Karena
tatkala kita rajin beribadah dan selalu mendapatkan kenikmatan terkadang
timbul ujub dalam diri kita dengan merasa bahwa diri kita hebat selalu
beruntung. Jangan sampai kita salah persepsi dengan menganggap tanda
kecintaan Allah kepada seorang hamba adalah tidak ditimpanya sang hamba
dengan musibah. Bahkan perkaranya justru sebaliknya. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda
إِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ
“Jika Allah mencintai sebuah kaum maka Allah akan menguji mereka” (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no 146)
Kedelapan : Berhusnudzonlah kepada Allah, yakinlah bahwa dibalik ujian
dan musibah yang menimpamu ada kebaikan dan hikmah. Justru jika ujian
tersebut tidak datang dan jika musibah tersebut tidak menimpamu maka
akan lebih buruk kondisimu. Allah berfirman :
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ
“Dan boleh jadi kalian membeci sesuatu padahal ia amat baik bagi kalian” (QS Al-Baqoroh : 216)
Kesembilan : Bahkan bisa jadi musibah atau ujian yang kita benci tersebut bahkan mendatangkan banyak kebaikan. Allah berfirman:
فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلُ اللهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا
“Maka mungkin kalian membenci sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak” (QS An-Nisaa : 19)
Kesepuluh : Ingatlah bahwasanya tidak ada istrirahat total…kegembiraaan
total…kecuali di akhirat kerak. Selama anda masih hidup di dunia maka
siap-siaplah dengan ujian yang menghadang. Bersabarlah…tegarlah…demi
meraih ketentaraman dan kebahagiaan abadi kelak di surga. Ada orang awam
yang berkata, “Kalau mau hidup di dunia harus siap diuji, kalau tidak
mau diuji ya…jangan hidup di dunia !!!”
Semoga bermafaat tuk
kita semua dan tuk kita renungkan,selagi nafas masih dikandung badan
ujian itu aka selalu menyertai kita,jadi bersabarlah dan selalu
bertawakallah,pasrah dan memohonlah hanya kepada Allah saja karena
DIA-lah tempat sebaik-baiknya tempat kita mengadu dan meminta
pertolongan dan ingatlah disetiap ada penderitaan akan ada
kebahagiaan...
silahkan saling berbagi dalam bentuk tag dan bantu
sesama teman yang membutuhkan,tak lupa salam santun penuh damai dari ana
selalu tuk semua sahabat.......(^_^)
by:shalsyabela
sumber:
Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-,
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja
Wahai ''Lelaki"-ku,
“Dan hendaknya orang yang berakal menjauhi sikap mengumbar pandangan
karena mata melihat apa yang tidak ia mampui (apalagi) yang dipandangnya
bukan pada hakikat yang sebenarnya. Bahkan terkadang hal itu
menyebabkan mabuk kepayang maka rusaklah tubuhnya dan juga agamanya.
Barangsiapa yang terkena musibah seperti ini maka hendaknya ia
memikirkan aib-aib para wanit a.
Ibnu Mas’ud Radhiyallaahu 'Anhu berkata,
إِذَا أًَعْجَبَتْ أَحَدَكُمْ امْرَأَةٌ فَلْيَذْكُرْ مَنًاتِنَهَا وَمَا
عِيْبَ نِسَاءُ الدُّنْيَا بَأَعْجَبَ مِنْ قَوْلِهِ تَعَالىَ }وَلَهُمْ
فِيْهَا أَزْوَاجُ مُطَهَّرَةُ|
“Jika seorang wanita membuat
salah seorang dari kalian takjub maka hendaknya ia mengingat hal-hal
yang bau dari wanita tersebut, sungguh tidak ada yang lebih menakjubkan
tentang aibnya para wanita di dunia dengan firman Allah |وَلَهُمْ فِيهَا
أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ} (dan untuk mereka di surga istri-istri yang
suci)”[QS Al-Baqarah ayat 25, yaitu para wanita surga mereka suci
terbebas dari haid, ingus, dahak, kencing, tai, mani, ludah dan hal-hal
yang kotor. Hal ini sebagaimana tafsiran dari Ibnu Abbas dan juga
Mujahid (Lihat tafsir Ibnu Katsir QS 2:25)] ,
اللَّهُمَّ إِنِّي
أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ سَمْعِي وَ مِنْ شَرِّ بَصَرِي وَ مِنْ شَرِّ
لِسَانِيْ وَ مِنْ شَرِّ قَلْبِي وَ مِنْ شَرِّمَنِيِّ
"Ya Allah
aku berlindung kepadamu dari keburukan pendengaranku, dari keburukan
pandanganku, dari keburukan lisanku, dari keburukan hatiku, dan dari
keburukan maniku (kemaluanku)".
{HR At-Thirmidzi no 3492, Abu Dawud no 1551, An-Nasai no 5444, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani}.
Wahai ''Wanita''-ku,
Sesungguhnya jalan ''KEBAIKAN'' itu ada di depanmu,
kuncinya ''berada'' di 'TANGAN'-mu.
''BENAR'', bahwa LELAKI-lah yg ''MEMULAI'' langkah dalam ''lorong'' DOSA,
tetapi bila engkau tdak ''SETUJU'', laki-laki itu tidak akan BERANI,
dan andaikan bukan lantaran ''GAYA'' lemah gemulaimu,
laki-laki tidak akan bertambah PARAH.
Engkaulah yang ''MEMBUKA PINTU'',
seakan kau katakan kepada si PENCURI itu; "SILAHKAN MASUK…",
dan ketika ia telah ''MENCURI'', engkau berteriak; maling…!
tolong… tolong… saya ''KEMALINGAN''.
assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh
Adab Pergaulan Laki-laki dan Wanita
Sebenarnya tidak ada satu pun agama langit atau agama bumi, kecuali
Islam, yang memuliakan wanita, memberikan haknya, dan menyayanginya.
Islam memuliakan wanita, memberikan haknya, dan memeliharanya sebagai
manusia. Islam memuliakan wanita, memberikan haknya, dan memeliharanya
sebagai anak perempuan, istri, ibu dan anggota masyarakat.
Islam memuliakan wanita sebagai manusia yang diberi tugas (taklif) dan
tanggung jawab yang utuh seperti halnya laki-laki, yang kelak akan
mendapatkan pahala atau siksa sebagai balasannya. Tugas yang mula-mula
diberikan Allah kepada manusia bukan khusus untuk laki-laki, tetapi juga
untuk perempuan, yakni Adam dan istrinya (surat al-Baqarah: 35)
Aturan Pergaulan
Sebenarnya pertemuan antara laki-laki dengan perempuan tidak haram,
melainkan jaiz (boleh). Bahkan, hal itu kadang-kadang dituntut apabila
bertujuan untuk kebaikan, seperti dalam urusan ilmu yang bermanfaat,
amal saleh, kebajikan, perjuangan, atau lain-lain yang memerlukan banyak
tenaga, baik dari laki-laki maupun perempuan.
Namun, kebolehan
itu tidak berarti bahwa batas-batas diantara keduanya menjadi lebur dan
ikatan-ikatan syar`iyah yang baku dilupakan. Kita tidak perlu
menganggap diri kita sebagai malaikat yang suci yang dikhawatirkan
melakukan pelanggaran, dan kita pun tidak perlu memindahkan budaya Barat
kepada kita. Yang harus kita lakukan ialah bekerja sama dalam kebaikan
serta tolong-menolong dalam kebajikan dan takwa, dalam batas-batas hukum
yang telah ditetapkan oleh Islam. Batas-batas hukum tersebut antara
lain:
1. Menahan pandangan dari kedua belah pihak.
Artinya,
tidak boleh melihat aurat, tidak boleh memandang dengan syahwat, tidak
berlama-lama memandang tanpa ada keperluan. Allah berfirman:
`Katakanlah ke pada orang laki-laki yang beriman, Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang mereka perbuat.` Katakanlah kepada wanita yang beriman, Hendaklah
mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya…`(an-Nur: 30-31)
2. Pihak wanita harus mengenakan pakaian yang sopan yang dituntunkan syara`
. Yaitu pakaian yang menutup seluruh tubuh selain muka dan telapak
tangan. Jangan yang tipis dan jangan dengan potongan yang menampakkan
bentuk tubuh. Allah berfirman:
`… dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya kecuali yang biasa tampak daripadanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung ke dadanya …` (an-Nur: 31 )
Diriwayatkan dari beberapa sahabat bahwa perhiasan yang biasa tampak ialah muka dan tangan.
Allah berfirman mengenai sebab diperintahkan-Nya berlaku sopan:
`… Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu …` (al-Ahzab: 59)
Dengan pakaian tersebut, dapat dibedakan antara wanita yang baik-baik
dengan wanita nakal. Terhadap wanita yang baik-baik, tidak ada laki-laki
yang suka mengganggunya, sebab pakaian dan kesopanannya mengharuskan
setiap orang yang melihatnya untuk menghormatinya.
3.Mematuhi adab-adab wanita muslimah dalam segala hal, terutama dalam pergaulannya dengan laki-laki:
a. Dalam perkataan, harus menghindari perkataan yang merayu dan membangkitkan rangsangan. Allah berfirman:
`… Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah
orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang
baik.` (al-Ahzab: 32)
b.Dalam berjalan, jangan memancing pandangan orang. Firman Allah
`… Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan…` (an-Nur: 31)
Hendaklah mencontoh wanita yang diidentifikasikan oleh Allah dengan firman-Nya:
`Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan …` (al-Qashash: 25)
c. Dalam gerak, jangan berjingkrak atau berlenggak-lenggok, seperti yang disebut dalam hadits:
`(Yaitu) wanita-wanita yang menyimpang dari ketaatan dan menjadikan
hati laki-laki cenderung kepada kerusakan (kemaksiatan).(HR Ahmad dan
Muslim)
Jangan sampai ber-tabarruj (menampakkan aurat) sebagaimana
yang dilakukan wanita-wanita jahiliah tempo dulu atau pun jahiliah
modern.
4. Menjauhkan diri dari bau-bauan yang harum dan
warna-warna perhiasan yang seharusnya dipakai di rumah, bukan di jalan
dan di dalam pertemuan-pertemuan dengan kaum laki-laki.
5. Jangan berduaan (laki-laki dengan perempuan) tanpa disertai mahram.
Banyak hadits sahih yang melarang hal ini seraya mengatakan, `Karena yang ketiga adalah setan.`
Jangan berduaan sekalipun dengan kerabat suami atau istri. Sehubungan dengan ini, terdapat hadits yang berbunyi:
`Jangan kamu masuk ke tempat wanita.` Mereka (sahabat) bertanya,
`Bagaimana dengan ipar wanita.` Beliau menjawab, `Ipar wanita itu
membahayakan.` (HR Bukhari)
Maksudnya, berduaan dengan kerabat suami
atau istri dapat menyebabkan kebinasaan, karena bisa jadi mereka duduk
berlama-lama hingga menimbulkan fitnah.
Pertemuan itu sebatas
keperluan yang dikehendaki untuk bekerja sama, tidak berlebih-lebihan
yang dapat mengeluarkan wanita dari naluri kewanitaannya, menimbulkan
fitnah, atau melalaikannya dari kewajiban sucinya mengurus rumah tangga
dan mendidik anak-anak.
Menutup Aurat
Kita tahu bahwa semua
bagian tubuh yang tidak boleh dinampakkan, adalah aurat. Oleh karena
itu dia harus menutupinya dan haram dibuka. Aurat perempuan dalam
hubungannya dengan laki-laki lain atau perempuan yang tidak seagama,
yaitu seluruh badannya, kecuali muka dan dua tapak tangan. Demikian
menurut pendapat yang lebih kuat.
Karena dibolehkannya membuka kedua
anggota tersebut –seperti kata ar-Razi– adalah karena ada suatu
kepentingan untuk bekerja, mengambil dan memberi. Oleh karena itu orang
perempuan diperintah untuk menutupi anggota yang tidak harus dibuka dan
diberi rukhsah untuk membuka anggota yang biasa terbuka dan mengharuskan
dibuka, justru syariat Islam adalah suatu syariat yang toleran. Ar-Razi
selanjutnya berkata: `Oleh karena membuka muka dan kedua tapak tangan
itu hampir suatu keharusan, maka tidak salah kalau para ulama juga
bersepakat, bahwa kedua anggota tersebut bukan aurat.`
Kholwah
Kholwah adalah bersendirian dengan seorang perempuan lain (ajnabiyah).
Yang dimaksud perempuan lain, yaitu: bukan isteri, bukan salah satu
kerabat yang haram dikawin untuk selama-lamanya, seperti ibu, saudara,
bibi dan sebagainya.
Ini bukan berarti menghilangkan kepercayaan
kedua belah pihak atau salah satunya, tetapi demi menjaga kedua insan
tersebut dari perasaan-perasaan yang tidak baik yang biasa bergelora
dalam hati ketika bertemunya dua jenis itu, tanpa ada orang ketiganya.
Dalam hal ini Rasulullah bersabda sebagai berikut :
`Barangsiapa
beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia
bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya,
karena yang ketiganya ialah syaitan.` (Riwayat Ahmad)
`Jangan sekali-kali salah seorang di antara kamu menyendiri dengan seorang perempuan, kecuali bersama mahramnya.`
Melihat Jenis Lain dengan Bersyahwat
Di antara sesuatu yang diharamkan Islam dalam hubungannya dengan
masalah gharizah, yaitu pandangan seorang laki-laki kepada perempuan dan
seorang, perempuan memandang laki-laki. Mata adalah kuncinya hati, dan
pandangan adalah jalan yang membawa fitnah dan sampai kepada perbuatan
zina.
`Katakanlah kepada orang-orang mu`min laki-laki: hendaklah
mereka itu menundukkan sebagian pandangannya dan menjaga kemaluannya
(an-Nur: 30-31)
Menundukkan Pandangan
Yang dimaksud
menundukkan pandangan itu bukan berarti memejamkan mata dan menundukkan
kepala ke tanah. Bukan ini yang dimaksud dan ini satu hal yang tidak
mungkin. Hal ini sama dengan menundukkan suara seperti yang disebutkan
dalam al-Quran dan tundukkanlah sebagian suaramu (Luqman 19). Di sini
tidak berarti kita harus membungkam mulut sehingga tidak berbicara.
Tetapi apa yang dimaksud menundukkan pandangan, yaitu: menjaga
pandangan, tidak dilepaskan begitu saja tanpa kendali sehingga dapat
menelan perempuan-perempuan atau laki-laki yang beraksi.
Pandangan
yang terpelihara, apabila memandang kepada jenis lain tidak
mengamat-amati kecantikannya dan tidak lama menoleh kepadanya serta
tidak melekatkan pandangannya kepada yang dilihatnya itu.
Oleh karena itu pesan Rasulullah kepada Sayyidina Ali :
`Hai Ali! Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan
lainnya. Kamu hanya boleh pada pandangan pertama, adapun yang berikutnya
tidak boleh.` (Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tarmizi)
Rasulullah
s.a.w. menganggap pandangan liar dan menjurus kepada lain jenis, sebagai
suatu perbuatan zina mata. Sabda beliau : `Dua mata itu bisa berzina,
dan zinanya ialah melihat.` (Riwayat Bukhari)
Tabarruj
Tabarruj ini mempunyai bentuk dan corak yang bermacam-macam yang sudah
dikenal oleh orang-orang banyak sejak zaman dahulu sampai sekarang.
Ahli-ahli tafsir dalam menafsirkan ayat yang mengatakan :
`Dan
tinggallah kamu (hai isteri-isteri Nabi) di rumah-rumah kamu dan jangan
kamu menampak-nampakkan perhiasanmu seperti orang jahiliah dahulu.`
(Ahzab: 33)
sebagai berikut: -
Mujahid berkata: Perempuan ke luar dan berjalan di hadapan laki-laki.
Qatadah berkata: Perempuan yang cara berjalannya dibikin-bikin dan menunjuk-nunjukkan.
Muqatil berkata: Yang dimaksud tabarruj, yaitu melepas kudung dari
kepala dan tidak diikatnya, sehingga kalung, kriul dan lehernya tampak
semua.
Cara-cara di atas adalah macam-macam daripada tabarruj
di zaman jahiliah dahulu, yaitu: bercampur bebas dengan laki-laki,
berjalan dengan melenggang, kudung dan sebagainya tetapi dengan suatu
mode yang dapat tampak keelokan tubuh dan perhiasannya.
Jahiliah
pada zaman kita sekarang ini ada beberapa bentuk dan macam tabarruj yang
kalau diukur dengan tabarruj jahiliah, maka tabarruj jahiliah itu masih
dianggap sebagai suatu macam pemeliharaan.
Suara Wanita
Ada pendapat yang mengatakan bahwa suara wanita itu aurat, karenanya
tidak boleh wanita berkata-kata kepada laki-laki selain suami atau
mahramnya. Sebab, suara wanita dengan tabiatnya yang merdu dapat
menimbulkan fitnah dan membangkitkan syahwat. Namun bila ditanyakan
dalil yang dapat dijadikan acuan dan sandaran, sebenarnya tidak ada.
Sebaliknya Al-Qur`an juga menceritakan kepada kita percakapan yang
terjadi antara Nabi Sulaiman a.s. dengan Ratu Saba, serta percakapan
sang Ratu dengan kaumnya yang laki-laki. Begitu pula peraturan (syariat)
bagi nabi-nabi sebelum kita menjadi peraturan kita selama peraturan
kita tidak menghapuskannya, sebagaimana pendapat yang terpilih.
Yang
dilarang bagi wanita ialah melunakkan pembicaraan untuk menarik
laki-laki, yang oleh Al-Qur`an diistilahkan dengan al-khudhu bil-qaul
(tunduk / lunak / memikat dalam berbicara).
Pria Memandang Wanita dan Sebaliknya
Pandangan pertama (secara tiba-tiba) adalah tidak dapat dihindari
sehingga dapat dihukumi sebagai darurat. Adapun pandangan berikutnya
(kedua) diperselisihkan hukumnya oleh para ulama.
Yang dilarang
dengan tidak ada keraguan lagi ialah melihat dengan menikmati
(taladzdzudz) dan bersyahwat, karena ini merupakan pintu bahaya dan
penyulut api. Sebab itu, ada ungkapan, `memandang merupakan pengantar
perzinaan.` Dan bagus sekali apa yang dikatakan oleh Syauki ihwal
memandang yang dilarang ini, yakni: `Memandang (berpandangan) lalu
tersenyum, lantas mengucapkan salam, lalu bercakap-cakap, kemudian
berjanji, akhirnya bertemu.`
Adapun melihat perhiasan (bagian tubuh)
yang tidak biasa tampak, seperti rambut, leher, punggung, betis, lengan
(bahu), dan sebagainya, adalah tidak diperbolehkan bagi selain mahram,
menurut ijma. Ada dua kaidah yang menjadi acuan masalah ini beserta
masalah-masalah yang berhubungan dengannya.
Pertama, bahwa sesuatu
yang dilarang itu diperbolehkan ketika darurat atau ketika dalam kondisi
membutuhkan, seperti kebutuhan berobat, melahirkan, dan sebagainya,
pembuktikan tindak pidana, dan lain-lainnya yang diperlukan dan menjadi
keharusan, baik untuk perseorangan maupun masyarakat.
Kedua, bahwa
apa yang diperbolehkan itu menjadi terlarang apabila dikhawatirkan
terjadinya fitnah, baik kekhawatiran itu terhadap laki-laki maupun
perempuan. Dan hal ini apabila terdapat petunjukpetunjuk yang jelas,
tidak sekadar perasaan dan khayalan sebagian orang-orang yang takut dan
ragu-ragu terhadap setiap orang dan setiap persoalan.
Karena itu,
Nabi saw. pernah memalingkan muka anak pamannya yang bernama al-Fadhl
bin Abbas, dari melihat wanita Khats`amiyah pada waktu haji, ketika
beliau melihat al-Fadhl berlama-lama memandang wanita itu. Dalam suatu
riwayat disebutkan bahwa al-Fadhl bertanya kepada Rasulullah saw.,
`Mengapa engkau palingkan muka anak pamanmu?` Beliau saw. menjawab,
`Saya melihat seorang pemuda dan seorang pemudi, maka saya tidak merasa
aman akan gangguan setan terhadap mereka.`
Kekhawatiran akan
terjadinya fitnah itu kembali kepada hati nurani si muslim, yang wajib
mendengar dan menerima fatwa, baik dari hati nuraninya sendiri maupun
orang lain. Artinya, fitnah itu tidak dikhawatirkan terjadi jika hati
dalam kondisi sehat, tidak dikotori syahwat, tidak dirusak syubhat
(kesamaran), dan tidak menjadi sarang pikiran-pikiran yang yimpang.
Diantara hal yang telah disepakati ialah bahwa melihat kepada aurat itu
hukumnya haram, baik dengan syahwat maupun tidak, kecuali jika hal itu
terjadi secara tiba-tiba, tanpa sengaja, sebagaimana diriwayatkan dalam
hadits sahih dari Jarir bin Abdullah, ia berkata:
`Saya bertanya
kepada Nabi saw. Tentang memandang (aurat orang lain) secara tiba-tiba
(tidak disengaja). Lalu beliau bersabda, `Palingkanlah pandanganmu.“ (HR
Muslim)
Lantas, apakah aurat laki-laki itu? Bagian mana saja
yang disebut aurat laki-laki? Kemaluan adalah aurat mughalladhah
(besar/berat) yang telah disepakati akan keharaman membukanya di hadapan
orang lain dan haram pula melihatnya, kecuali dalam kondisi darurat
seperti berobat dan sebagainya. Bahkan kalau aurat ini ditutup dengan
pakaian tetapi tipis atau menampakkan bentuknya, maka ia juga terlarang
menurut syara`.
Mayoritas fuqaha berpendapat bahwa paha laki-laki
termasuk aurat, dan aurat laki-laki ialah antara pusar dengan lutut.
Mereka mengemukakan beberapa dalil dengan hadits-hadits yang tidak lepas
dari cacat. Sebagian mereka menghasankannya dan sebagian lagi
mengesahkannya karena banyak jalannya, walaupun masing-masing hadits itu
tidak dapat dijadikan hujjah untuk menetapkan suatu hukum syara`.
Sebagian fuqaha lagi berpendapat bahwa paha laki-laki itu bukan aurat,
dengan berdalilkan hadits Anas bahwa Rasulullah saw. pernah membuka
pahanya dalam beberapa kesempatan. Pendapat ini didukung oleh Muhammad
Ibnu Hazm.
Menurut mazhab Maliki sebagaimana termaktub dalam
kitab-kitab mereka bahwa aurat mughalladhah laki-laki ialah qubul
(kemaluan) dan dubur saja, dan aurat ini bila dibuka dengan sengaja
membatalkan shalat.
Para fuqaha hadits berusaha mengkompromikan
antara hadits-hadits yang bertentangan itu sedapat mungkin atau
mentarjih (menguatkan salah satunya). Imam Bukhari mengatakan dalam
kitab sahihnya `Bab tentang Paha,` diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Jurhud,
dan Muhammad bin-Jahsy dari Nabi saw. bahwa paha itu aurat, dan Anas
berkata, `Nabi saw. pernah membuka pahanya.` Hadits Anas ini lebih kuat
sanadnya, sedangkan hadits Jurhud lebih berhati-hati.
Menikah
itu...
* Menyelamatkan Perasaan
* Menyelamatkan Harga Diri
* Menyelamatkan Kehormatan
* Menyelamatkan Pikiran
* Memperjelas Nasab
وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا
لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي
ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir.” (QS ar-Ruum [30]: 21)
Tujuan Pernikahan Menurut Islam
# Memenuhi naluri untuk melanjutkan/melestarikan
keturunan
# Meningkatkan ibadah kepada Allah Swt.
# Menegakkan rumah tangga yang islami
# Menyelamatkan akhlak
# Mendapatkan keturunan yang shalih/shalihah
Bilakah Aku Jatuh Cinta
Rabbi...
Aku minta izin
Bila suatu saat aku jatuh hati
Jangan biarkan cinta untuk-Mu berkurang
Hingga membuat lalai akan adanya Engkau
Rabbi...
Aku punya pinta
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu
yang tak terbatas
Biar rasaku pada-Mu tetap utuh
Rabbi...
Izinkan bila suatu saat aku jatuh hati
Pilihkan untukku seorang yang hatinya
penuh dengan kasih dan cinta-Mu
Dan membuatku makin menganggumi-Mu
Rabbi...
Bila suatu saat aku jatuh hati
Pertemukanlah kami,
Jodohkanlah kami,
Satukanlah kami,
Berilah kami kesempatan untuk lebih
mendekati cinta-Mu,
Dalam suasana yang sakinah, mawaddah dan rahmah
Rabbi...
Pintaku terakhir adalah seandainya kujatuh hati
Jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dariku
Anugerahkanlah aku cinta-Mu
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu
Izinkanlah aku untuk menemui kerinduan-Mu
Dari
Seorang Teman yang Tak Kutahu Namanya
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,sahabat fillah bersyukurlah
bila kita masih bisa merasakan indahnya dunia ini,bersyukur atas smua
nikmat ini.....coba andai kita hidup dijaman Rasulullah...masihkah kita
terus akan mengeluh sementara kita tidak berperang melawan musuh yang
bersenjata....sahabatku berikut ini adalah kisah perjuangan Rusulullah
moga bisa termotivasi tuk kita menjadi mujahidin dijalan Allah..
Kejadiannya pada bulan ini, Jumadil Awal, 1423 tahun yang lalu. Bermula
dari diutusnya Al-Harits bin Umair oleh Rasulullah untuk mengirim surat
kepada pemimpin Bushra. Namun dalam perjalanan ia ditangkap pemimpin
Al-Balqa dan dibawa ke hadapan kaisar Romawi. Di sana Harits dipenggal
lehernya. Padahal membunuh utusan adalah kejahatan besar yang juga
bermakna pengumuman perang. Rasulullah kemudian menghimpun 3.000 pasukan
untuk berperang dengan Romawi. Peperangan pertama dengan Romawi ini di
belakang hari dikenal dengan nama Perang Muktah.
Kali ini
Rasulullah tidak ikut berperang. Beliau berada di Madinah. Tetapi atas
izin Allah, beliau bisa mengetahui jalannya peperangan dan apa yang
terjadi di Muktah. Hingga satu hari, saat bersama dengan para sahabat,
beliau bercerita sambil meneteskan air mata. “Zaid mengambil bendera
lalu dia syahid. Kemudian Ja’far yang mengambilnya dan dia pun syahid.
Lalu Ibnu Rawahah yang mengambilnya dan dia pun syahid.”
Siapa yang tidak menangis mendengar sahabat sekaligus kader terbaiknya
pergi untuk selamanya. Dan kali ini, dalam satu hari tiga sahabat
terbaik itu pergi: Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, dan Ibnu
Rawahah. Para sahabat yang mendengar kabar dari Rasulullah itu juga tak
kuasa menahan air mata. Apalagi saat mengetahui peristiwanya secara
detail.
Sesuai perintah Rasulullah, pasukan Islam dipimpin
Zaid bin Haritsah dengan bendera di tangannya. 3.000 pasukan Islam
melawan 100.000 tentara Romawi jelas tak seimbang. Zaid bertempur dengan
gagah berani. Sampai kemudian sebuah tombak Romawi menancap di
tubuhnya. Darah segar assaabiquunal awwalun tumpah di bumi Muktah.
Andaikan memiliki air mata, tanah di sana sudah menangis sejak tubuh
mulia itu terjatuh. Zaid tergeletak sudah. Syahid.
Bendera
segera diambil Ja’far bin Abu Thalib. Kini gilirannya memimpin pasukan
Islam. Sahabat yang tampan ini bertempur hebat di atas kudanya. Ketika
pertempuran makin sengit, kudanya terkena senjata musuh. Ja’far
terlempar. Ia segera kembali bertempur lagi. Sampai akhirnya, ada
pasukan Romawi yang menebas tangan kanannya hingga putus. Darah suci
pahlawan Islam tertumpah ke bumi. Ja’far belum kalah! Kini bendera Islam
dipegang dengan tangan kirinya.
Rupanya pasukan Romawi
tidak rela bendera itu tetap berkibar. Disabetnya tangan kiri Ja’far
hingga putus. Kini ia kehilangan dua tangannya. Yang tersisa hanyalah
sedikit lengan bagian atas. Dengan sisa lengan itu Ja’far menahan
bendera agar tetap berkibar. Namun pasukan Romawi semakin menjadi. Ada
diantara mereka yang menyerang Ja’far dan membelah tubuhnya menjadi dua.
Ja’far jatuh untuk yang terakhir kalinya. Syahid. Sahabat terbaik
sekaligus sepupu Rasulullah ini syahid dengan lebih dari lima puluh luka
di tubuhnya, luka sabetan pedang dan hujaman tombak.
Abdullah bin Rawahah segera mengambil bendera itu dan mengibarkannya.
Kini ia yang memimpin pasukan. Ia memilih turun dari kudanya dan
bertarung di bawah. Setelah melantunkan syair yang membakar semangat ia
maju merangsek musuh dengan pedangnya. Ia bertarung sebagai seorang
ksatria. Beberapa waktu kemudian pasukan Islam melihatnya terjatuh
dengan darah yang menyirami bumi Muktah. Abdullah bin Rawahah syahid
saat itu juga.
Rasulullah menangis mengetahui itu. Para
sahabat di sisi Rasulullah juga tidak henti-hentinya meneteskan air
mata. Tangis duka. Tangis kehilangan. Kehilangan sahabat-sahabat
terbaik. Kehilangan pahlawan-pahlawan pemberani. Namun bersamaan dengan
tangis itu juga ada kabar gembira bagi mereka. Bahwa ketiga orang itu
kini disambut para malaikat dengan penuh hormat, dijemput para bidadari,
dan mendapati janji surga serta ridha Ilahi. Secara khusus kepada
Ja’far bin Abu Thalib yang terbelah tubuhnya, ia dijuluki dengan
Ath-Thayyar (penerbang) atau Dzul-Janahain (orang yang memiliki dua
sayap) sebab Allah menganugerahinya dua sayap di surga, dan dengan sayap
itu ia bisa terbang sekehendaknya.
Kita, yang merasa
bangga dengan sebutan kader dakwah, seringkali mengeluh dengan medan
dakwah yang kita hadapi. Berat! Kita dalam aktifitas dakwah ini sering
pulang malam. Di hari libur kita tidak bisa istirahat karena justru
hari-hari itu banyak acara. Korban waktu. Korban tenaga. Bahkan
mengeluarkan sebagian uang kita. Sementara masyarakat yang kita dakwahi
tidak juga menyambut Islam sebagai manhaj mereka. Kita merasa sangat
berat, dan seringkali mengeluh.
Kita merasa berat padahal
kita tidak pernah berjihad. Kita mengeluh sering pulang malam dan
kecapekan karena kita tidak pernah membayangkan mobilitas para sahabat
seperti Zaid, Ja’far dan Ibnu Rawahah yang menempuh perjalanan beberapa
pekan, lalu berperang beberapa pekan pula. Kita mengeluhkan hari libur
yang tersita sehingga jarang berekreasi bersama keluarga karena kita tak
pernah menempatkan diri seperti Zaid, Ja’far dan Ibnu Rawahah yang
setiap kali berangkat jihad mereka meninggalkan wasiat pada istri dan
keluarganya.
Kita mengeluh korban tenaga, kehujanan,
sampai terkena flu bahkan masuk rumah sakit. Karena kita tak pernah
membayangkan jika kita yang menjadi para sahabat. Bukan flu yang
menyerang tetapi anak-anak panah yang menancap di badan. Bukan panas dan
meriang yang datang tetapi tombak yang menghujam. Bukan batuk karena
kelelahan tapi sayatan pedang yang membentuk luka dan menumpahkan darah.
Kita mengeluh dengan pengeluaran sebagian kecil uang kita karena kita
tidak membayangkan betapa besarnya biaya jihad para sahabat. Mulai dari
membeli unta atau kuda, baju besi sampai senjata. Kita mengeluhkan
masyarakat kita yang tidak juga menyambut dakwah sementara Zaid, Ja’far,
dan Ibnu Rawahah bahkan tak pernah mengeluh meskipun berhadapan dengan
100.000 pasukan musuh. Kita merasa berat dan seringkali mengeluh karena
kita tak memahami bahwa perjuangan Islam resikonya adalah kematian.
Maka yang kita alami bukan apa-apa dibandingkan tombak yang menghujam
tubuh Zaid bin Haritsah. Yang kita keluhkan tidak ada apa-apanya
dibandingkan dengan sabetan pedang yang memutuskan dua tangan Ja’far bin
Abu Thalib dan membelah tubuhnya. Yang kita rasa berat tidak seberapa
dibandingkan luka-luka di tubuh Ibnu Rawahah yang membawanya pada
kesyahidan.
Lalu pantaskah kita berharap Rasulullah
menangis karena kematian kita? Pantaskah kita berharap malaikat datang
menyambut kita? Atau bidadari menjemput kita? Kemudian pintu surga
dibukakan untuk kita?
Ya Allah, jika kami memang belum
pantas untuk itu semua, jangan biarkan kami mengeluh di jalan dakwah
ini. Ya Allah, anugerahkanlah hidayah-Mu kepada kami, dan janganlah
Engkau jadikan hati kami condong pada kesesatan sesudah Engkau memberi
hidayah pada kami.
dikutip dari : http://mwindriyanto.web.id/
image source : http://kytus.deviantart.com/
silahkan saling berbagi dan saling bantu sesama teman yang membutuhkan.....salam penuh kedamaian tuk smua sahabat.......^_^